Konflik antar suku di Indonesia


Indonesia adalah sebuah masyarakat majemuk yang terdiri atas banyak suku bangsa, baik langsung maupun tidak langsung, dipaksa bersatu di bawah kekuasaan sebuah sistem nasional. Negara kesatuan Indonesia pada dasarnya dapat mengandung potensi kerawanan akibat keanekaragaman suku bangsa, bahasa, agama, ras dan etnis golongan (SARA) sehingga hal tersebut merupakan faktor yang akan berpengaruh terhadap lahirnya potensi konflik. Ini terbukti dengan makin marak dan meluasnya konflik akhir-akhir ini Indonesia.

Menurut Koentjaraningrat sumber konflik antara suku dan golongan di Indonesia antara lain adalah kalau warga dari satu suku bangsa memaksakan unsur-unsur dari kebudayaannya dan agamanya kepada warga suku bangsa lain. Dengan demikian sesungguhnya sumber konflik itu komplek dan saling terkait satu sama lain sehingga memperkuat munculnya sebuah konflik.

Contoh kasus

Contoh kasus yang terjadi di pulau Bangka beberapa tahun yang lalu. Karena dorongan faktor perekonomian banyak pendatang mengadu nasib di daerah ini. Suku bangsa keturunan Cina yang sudah sangat lama menetap di pulau Bangka, Suku Madura, Suku Jawa, Suku Bugis, Suku Palembang, dan masyarakat dari daerah Flores serta suku lain dalam jumlah yang relatif kecil. Keanekaragaman suku ini yang terkadang sulit dipersatukan dimana mereka bertahan dengan pandangan sempit, egoisme kesukuan daerah masing-masing, hasilnya gesekan-gesekan konflik pecah menjadi sebuah pertumpahan darah.

Anda masih ingat dengan kerusuhan malam lebaran Idul Fitri tanggal 2 November 2006 di Desa Air Bara antara masyarakat pribumi Bangka dengan warga Air Sampik (mayoritas suku Jawa) yang menyebabkan beberapa rumah warga Air Sampik hangus terbakar, kerusuhan antar penambang timah yang melibatkan antara Suku Bugis Makassar, Suku Palembang, dengan masyarakat asli Belinyu pada tahun 2006.

Penyebab Konflik  

Konflik yang terjadi di daerah ini sering diidentikkan dengan konflik fisik yang cenderung dengan penggunaan kekerasan terhadap musuhnya.   Berawal dari hanya permasalahan jatidiri orang-perorang akhirnya berkembang mewakili jatidiri golongan atau kelompok untuk menghancurkan pihak lawan atau memenangkan konflik tersebut.  

Kerusuhan malam lebaran Idul Fitri di Desa Airbara seperti yang disebutkan sebelumnya disebabkan karena tanah kelahiran orang Melayu Bangka yang tinggal di Desa Airbara terasa diinjak-injak kehormatannya oleh suku bangsa lain yang hanya pendatang, tetapi yang terjadi harus mengorbankan nyawa seorang pemuda Airbara yang terbunuh oleh warga Airsampik walaupun perbuatan korban saat itu bermula  dari kasus pemerasan terhadap salah satu warga Airsampik. 

Kerusuhan antar penambang timah (ti apung) yang sarat dengan potensi sara di Laut Bubus Belinyu pada akhir Mei 2006 berawal dari  perebutan lahan penambangan di Laut Bubus dan Batu Atap saat itu,  menambah deret kecemburuan sosial bagi masyarakat Belinyu yang beranggapan bahwa kawasan tersebut adalah milik orang Belinyu, sudah sepatutnya mereka merasakan hasil bumi alamnya, bukanlah untuk dimiliki oleh suku bangsa lain yang hanya datang sebagai tamu saja dan mengeruk keuntungan, lalu pergi begitu saja.
   

Akar Masalah dan Penanganan Konflik
 
Hubungan antara masyarakat pendatang dengan masyarakat setempat terpusat pada masalah kompetisi untuk memperebutkan sumber-sumber  daya, dan tingkat agretivitas secara ekonomi dari pendatang adalah masalah yang paling kritikal dalam persaingan sumber daya. Karena masyarakat setempat melihat diri mereka sebagai tuan rumah dan para pendatang sebagai tamunya, ( Parsudi Suparlan, 2005: 178). Yang tak luput  adalah masalah harga diri atau kehormatan mereka.  Konflik-konflik itu terjadi, karena adanya pengaktifan jatidiri etnik untuk solidaritas memperebutkan sumber daya-sumber  yang ada dan harga diri sebagai kekuatan sosial yang besar untuk mendorong mereka melakukan hal tersebut. Itulah yang terjadi sebenarnya bila ditarik benang merah latar belakang permasalahan konflik yang terjadi di Pulau Bangka selama ini.

Adapun cara mengatasi konflik dapat dilakukan dengan cara-cara berikut:
Mempelajari penyebab utama konflik.
Memutuskan untuk mengatasi konflik
Memilih strategi mengatasi konflik
Menghilangkan faktor-faktor yang dapat menimbulkan konflik di suatu wilayah   
Menguatkan ideologis nasionalis sebagai bangsa yang sama dan negara yang sama.
Pembauran alami dan sistematis dalam pengawasan ketat berfasilitas kesamaan kultur.
Pembauran religius dan kekeluargaan dalam bentuk perkawinan silang.

Daftar Pustaka


0 komentar:

Posting Komentar

We are sharing kpop variety show with english subtitle
 
Copyright 2009 Sharing is our habit All rights reserved.
Free Blogger Templates by DeluxeTemplates.net
Wordpress Theme by EZwpthemes