Pertumbuhan
penduduk adalah perubahan populasi
sewaktu-waktu, dan dapat dihitung sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam
sebuah populasi menggunakan "per waktu unit" untuk pengukuran.
Sebutan pertumbuhan penduduk merujuk pada semua spesies, tapi selalu
mengarah pada manusia, dan sering digunakan secara informal untuk sebutan demografi
nilai pertumbuhan penduduk, dan
digunakan untuk merujuk pada pertumbuhan penduduk
dunia.
Pertumbuhan penduduk disuatu Negara
sangat dipengaruhi oleh 3 hal yaitu Kelahiran (fertilitas), Kematian
(mortalitas) dan Perpindahan penduduk (migrasi).
- Kelahiran (fertilitas).
Faktor kelahiran (fertilitas)
merupakan tingkat pertambahan penduduk melalui kelahiran bayi disuatu wilayah
pada suatu priode tertentu.
Faktor Kematian (mortalitas)
merupakan pengurangan penduduk melalui kematian disuatu wilayah pada suatu
priode tertentu.
Perpindahan penduduk (migrasi)
adalah pindahnya penduduk dari satu tempat ketempat lain dan tidak terpengaruh
oleh wilayah.
Kebudayaan dan kepribadian
Kebudayaan
Budaya
adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari
banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat,
bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga
budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak
orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang
berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan
perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya
adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan
luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur
sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Beberapa
alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari
budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit
nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan
atas keistimewaannya sendiri."Citra yang memaksa" itu mengambil
bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti "individualisme
kasar" di Amerika, "keselarasan individu dengan alam" di Jepang
dan "kepatuhan kolektif" di Cina.
Citra
budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan
pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis
yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh
rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
Dengan
demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk
mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku
orang lain.
Kepribadian
Kepribadian
adalah keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan
individu lain. Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat
yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang.
Disamping
itu kepribadian sering diartikan dengan ciri-ciri yang menonjol pada diri
individu, seperti kepada orang yang pemalu dikenakan atribut “berkepribadian
pemalu”. Kepada orang supel diberikan atribut “berkepribadian supel” dan kepada
orang yang plin-plan, pengecut, dan semacamnya diberikan atribut “tidak punya
kepribadian”.
Menurut
pendapat para ahli Calvin
S. Hall dan Gardner Lindzey bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam
diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang menentukan caranya yang unik
dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Kata kunci dari pengertian
kepribadian adalah penyesuaian diri. Scheneider (1964) mengartikan penyesuaian
diri sebagai “suatu proses respons individu baik yang bersifat behavioral
maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri,
ketegangan emosional, frustrasi dan konflik, serta memelihara keseimbangan
antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma) lingkungan.
Untuk
menjelaskan tentang kepribadian individu, terdapat beberapa teori kepribadian
yang sudah banyak dikenal, diantaranya : teori Psikoanalisa dari Sigmund Freud,
teori Analitik dari Carl Gustav Jung, teori Sosial Psikologis dari Adler,
Fromm, Horney dan Sullivan, teori Personologi dari Murray, teori Medan dari
Kurt Lewin, teori Psikologi Individual dari Allport, teori Stimulus-Respons
dari Throndike, Hull, Watson, teori The Self dari Carl Rogers dan sebagainya.
Sementara itu, Abin Syamsuddin (2003) mengemukakan tentang aspek-aspek
kepribadian, yang di dalamnya mencakup :
Karakter
yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsiten tidaknya dalam
memegang pendirian atau pendapat.
Temperamen
yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi terhadap
rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.
Sikap yaitu sambutan
terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau ambivalen.
Stabilitas
emosi yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari
lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, marah, sedih, atau putus asa
Responsibilitas
(tanggung jawab) adalah
kesiapan untuk menerima risiko dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan.
Seperti mau menerima risiko secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari
risiko yang dihadapi.
Sosiabilitas
yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Seperti :
sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan
orang lain.
Faktor-faktor
penentu kepribadian
Faktor
keturunan
Keturunan
merujuk pada faktor genetika seorang individu. Tinggi fisik, bentuk wajah,
gender, temperamen, komposisi otot dan refleks, tingkat energi dan irama
biologis adalah karakteristik yang pada umumnya dianggap, entah sepenuhnya atau
secara substansial, dipengaruhi oleh siapa orang tua dari individu tersebut,
yaitu komposisi biologis, psikologis, dan psikologis bawaan dari individu.
Faktor
lingkungan
Faktor
lain yang memberi pengaruh cukup besar terhadap pembentukan karakter adalah
lingkungan di mana seseorang tumbuh dan dibesarkan; norma dalam keluarga,
teman, dan kelompok sosial; dan pengaruh-pengaruh lain yang seorang manusia
dapat alami.Faktor lingkungan ini memiliki peran dalam membentuk kepribadian
seseorang. Sebagai contoh, budaya membentuk norma, sikap, dan nilai yang
diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya dan menghasilkan
konsistensi seiring berjalannya waktu sehingga ideologi yang secara intens
berakar di suatu kultur mungkin hanya memiliki sedikit pengaruh pada kultur
yang lain. Misalnya, orang-orang Amerika Utara memiliki semangat ketekunan,
keberhasilan, kompetisi, kebebasan, dan etika kerja Protestan yang terus
tertanam dalam diri mereka melalui buku, sistem sekolah, keluarga, dan teman,
sehingga orang-orang tersebut cenderung ambisius dan agresif bila dibandingkan
dengan individu yang dibesarkan dalam budaya yang menekankan hidup bersama
individu lain, kerja sama, serta memprioritaskan keluarga daripada pekerjaan
dan karier.
Kebudayaan Barat
adalah sebuah kebudayaan yang dipromosikan lewat globalisasi. Sebuah kebudayaan
yang ternyata bersifat kontradiktif antara unsur kebudayaan yang satu dengan
yang lainnya. Masuknya
budaya barat ke Indonesia sedikit banyak telah memberikan dampak bagi kita
semua, tidak terkecuali kaum pemuda ataupun remaja. Khusus pada satu decade terakhir, kencangnya penetrasi
budaya barat ke Indonesia memberikan suatu efek percepatan pengaruh yang
ditimbulkan terhadap sikap, perilaku, dan gaya hidup masyarakat Indonesia,
khususnya para remaja yang dengan cepat merespon keberadaan teknologi dan
informasi. Akses yang begitu cepat dengan adanya teknologi dan informasi
membuat masuknya budaya barat ke negara ini juga semakin mudah. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa secara langsung maupun tidak keberadaan teknologi telah
mempercepat akses masuknya budaya barat ke negara-negara lain, termasuk
Indonesia. Dan dengan keberadaan teknologi pula yang berkembang pesat pada abad
ini – remaja-remaja ataupun pemuda Indonesia dapat dengan mudah mengetahui dan
juga menerima masuknya budaya barat. Yang mana hal tersebut telah menimbulkan
dampak – baik positif maupun negative – terhadap gaya hidup remaja ataupun
pemuda kita saat ini.
Dampak positif dari masuknya budaya barat bagi para
pemuda kita adalah bertambahnya wawasan mereka terhadap kebudayaan-kebudayaan
asing, khususnya barat. Akan tetapi dibandingkan dampak positif, terdapat lebih
banyak dampak negatif yang saat ini telah mempengaruhi gaya hidup remaja kita.
Berikut ini adalah beberapa data dan fakta yang memaparkan efek negative – yang
jamak terjadi – dari masuknya kebudayaan barat.
Kebudayaan barat masuk ke Indonesia dengan begitu
cepatnya melalui akses teknologi dan informasi. Hal tersebut seperti telah
tercantum diatas semakin mempermudah remaja ataupun pemuda kita untuk
mengetahui kebudayaan yang masuk tersebut. Yang menjadi sebuah persoalan ialah
para remaja kita tidak melakukan filterisasi terhadap hal-hal asing yang mereka
ketahui, akan tetapi tanpa berpikir panjang mereka langsung menjiplak dan
menerapkan nila-nilai kebudayaan asing yang masuk tersebut kedalam kehidupan
sehari-hari mereka, seperti minum - minuman keras, seks bebas, pemakaian
obat-obatan terlarang dan hal-hal negative lainnya. Dan yang lebih
anehnya, budaya tersebut telah diikuti oleh sebagian remaja Indonesia. Fakta
telah menunjukkan bahwa dalam satu decade ini sedikitnya Jutaan remaja kita
telah menjadi korban perusahaan nikotin-rokok. Selain itu Lebih dari 2 juta
remaja Indonesia ketagihan Narkoba (BNN 2004) dan lebih 8000 remaja
terdiagnosis pengidap AIDS (Depkes 2008). Disamping itu, moral anak-anak dalam
hubungan seksual telah memasuki tahap yang mengawatirkan. Data-data yang lain
juga menyebutkan bahwal lebih dari 60% remaja SMP dan SMA Indonesia, sudah
tidak perawan lagi. Perilaku hidup bebas telah meruntuhkan sendi-sendi
kehidupan masyarakat kita.
jadi kita hendaknya dapat berpikir bijaksana untuk menilai kebudayaan barat tersebut. Kita harus lebih selektif dalam menilai hal tersebut. kita juga harus ingat, negara kita adalah negara yang berasaskan pancasila jadi segala kebudayaan yang masuk hendaknya kita harus saring terlebih dahulu apakah sudah sesuai dengan kaidah pancasila atau belum.kalau belum sesuai, kita harus menolaknya secara baik-baik dan bukan dengan cara kekerasan.
jadi kita hendaknya dapat berpikir bijaksana untuk menilai kebudayaan barat tersebut. Kita harus lebih selektif dalam menilai hal tersebut. kita juga harus ingat, negara kita adalah negara yang berasaskan pancasila jadi segala kebudayaan yang masuk hendaknya kita harus saring terlebih dahulu apakah sudah sesuai dengan kaidah pancasila atau belum.kalau belum sesuai, kita harus menolaknya secara baik-baik dan bukan dengan cara kekerasan.
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Kepribadian
http://pratama94.wordpress.com/2012/12/01/kebudayaan-barat/
0 komentar:
Posting Komentar